Rabu, 14 April 2010

ASKEP ANAK MARASMUS

PENGERTIAN

• Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
• Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
• Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
• Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
• Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
• Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh untuk :
1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
2. Sebagai cadangan protein tubuh.
3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.

ETIOLOGI
• Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
• Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,1999).

Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

PENATALAKSANAAN
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
- Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
- Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
- Pengobatan infeksi
- Pemberian makanan
- Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.

Menurut Arisman, 2004:105
- Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
- Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
- Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
- Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
- Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.

Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
- cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
- Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
- Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
- Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
- Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
- Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
- Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang). (Wong, 2004)
Tujuan :
Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat diet
b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
f. Sajikan makansedikit tapi sering
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001:140)
Tujuan :
Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil :
Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
c. Ukur haluaran urine dengan akurat

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik. (Doengoes, 2000).
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang
d. Alih baring

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
Tujuan :
Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil:
suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal

Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur kontrol infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi (Doengoes, 2004)
Tujuan :
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil:
Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
c. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
d. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. (Carpenito, 2001:157).
Tujuan :
Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil :
Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.
b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan
d. Berikan mainan sesuai usia anak.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi. (Carpenito, 2001:3)
Tujuan :
Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi). (Carpenio, 2001:143).
Tujuan :
Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan

ASKEP ISOLASI SOSIAL

1.Pengertian
Menurut Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
2.Tanda dan Gejala
Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998: 382) isolasi sosial menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki
Data objektif
a. Tampak menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri
c. Tidak melakukan kontak mata
d. Tampak sedih, afek datar
e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan usianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

3. Penyebab
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J (1998 : 345) Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri rendah.
Gangguan konsep diri:harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Menurut Carpenito, L.J (1998:352) & Keliat, B.A (1994:20) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
Data subjektif:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan tidak mampu
c. Rasa bersalah
d. Sikap negatif pada diri sendiri
e. Sikap pesimis pada kehidupan
f. Keluhan sakit fisik
g. Menolak kemampuan diri sendiri
h. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
i. Perasaan cemas dan takut
j. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
k. Mengungkapkan kegagalan pribadi
l. Ketidak mampuan menentukan tujuan
Data objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Perilaku destruktif pada diri sendiri
c. Menarik diri dari hubungan sosial
d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
4. Akibat
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421). Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran dan halusinasi pendengaran (Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998: 303; Rawlins, R.P & Heacock, P.E, 1988 : 198). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) perubahan persepsi sensori halusinasi merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau intepretasi stimulus yang datang. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari distorsi dan ilusi yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien mengganggap halusinasi sebagai suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997 : 284). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) ; Townsend, M.C (1998: 156); dan Stuart, G.W & Sundeen, S.J (1998: 328-329) perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai dengan adanya:
Data subjektif:
a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat
b. Tidak mampu memecahkan masalah
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat bayangan)
d. Mengeluh cemas dan khawatir
Data objektif:
a. Apatis dan cenderung menarik diri
b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara seolah-olah mendengarkan sesuatu
c. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
d. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
e. Gerakan mata yang cepat
f. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah
g. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks.
C. MASALAH DATA YANG PERLU DIKAJI
• Tidak tahan terhadap kontak yang lama
• Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara
• Tidak ada kontak mata
• Ekspresi wajah murung, sedih
• Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri
• Kurang aktivitas
• Tidak komunikatif
• Merusak diri sendiri
• Ekspresi malu
• Menarik diri dari hubungan sosial
• Tidak mau makan dan tidak tidur
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. isolasi sosial menarik diri
F. FOKUS INTERVENSI
Pasien
SP 1
1. mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang - bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian

SP 2
1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
3. membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang - bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
SP 3
1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP 1
1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. menjelaskan cara - cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2
1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial
SP 3
1. membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat ( Discharge planning)
2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang

ASKEP HARGA DIRI RENDAH (HDR)

1.Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
2. Tanda dan gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
Data subjektif:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c. Perasaan tidak mampu
d. Rasa bersalah
e. Sikap negatif pada diri sendiri
f. Sikap pesimis pada kehidupan
g. Keluhan sakit fisik
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi
i. Menolak kemampuan diri sendiri
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
k. Perasaan cemas dan takut
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
m. Mengungkapkan kegagalan pribadi
n. Ketidak mampuan menentukan tujuan
Data objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Perilaku destruktif pada diri sendiri
c. Perilaku destruktif pada orang lain
d. Penyalahgunaan zat
e. Menarik diri dari hubungan sosial
f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah
3. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C, 1998: 366). Menurut Carpenito, L.J (1998: 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998: 312) koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntunan kehidupan dan peran.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, individu yang mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah terhadap tututan hidup serta peran yang dihadapi. Adanya koping individu tidak efektif sering ditunjukkan dengan perilaku (Carpenito, L.J, 1998:83; Townsend, M.C, 1998:313) sebagai berikut:
Data subjektif :
a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan
b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan
c. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran
Data Objektif :
a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat
b. Peningkatan ketergantungan
c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan sendiri
d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku
e. Perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain:
f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi
g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
h. Penyalahgunaan obat terlarang
4. Akibat
Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998:336). Isolasi Sosial menarik diri sering ditunjukkan dengan perilaku antara lain:
Data subjektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Objektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara
C. Data yang perlu dikaji pada diagnosa Isolasi sosial :menarik diri
• Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
• Klein mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
• Merusak diri sendiri
• Merusak orang lain
• Ekspresi malu
• Menarik diri dari hubungan sosial
• Tampak mudah tersinggung
• Tidak mau makan dan tidak tidur
• Tampak ketergantungan pada orang lain
• Tampak sedih dan tida melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan
• Wajah tampak murung
• Ekspresi wajah kosong,
• Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
• Suara pelan dan tidak jelas
• Hanya memberijawaban singkat (ya/tidak)
• Menghindar ketika didekati
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri rendah
F. FOKUS INTERVENSI
Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP 1
1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. menjelaskan cara - cara merawat pasien harga diri rendah
SP 2
1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah
SP 3
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Jumat, 09 April 2010

KONSEP PERSALINAN

PENGERTIAN PERSALINAN
lah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar.
Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Pengertian persalinan
Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 mg), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
B. Sebab-sebab mulainya persalinan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kontraksi atau his
Perlu diketahui bahwa ada 2 hormon yang dominan saat hamil yaitu:
1. Estrogen
meningkatkan sensitifitas otat rahim
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan dari oksitosin, prostaglandin, rangsangan mekanis
2. Prostaglandin
menurunkan sensitifitas otot rahim
menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan dari oksitosin, prostaglandin, rangsangan mekanis
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi
Sebab-sebab terjadinya persalinan adalah:
a. Teori keregangan
— Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu
— Setelah melewati batas tersebut kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
— Contohya pada ibu hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan
b. Teori penurunan progesteron
— Proses penuaan placenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu
— Progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin
— Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu
c. Teori oksitosin internal
— Oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis parst posterior
— Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks
— Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas, sehingga persalinan dapat dimulai
d. Teori prostaglandin
— Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu , yang dikeluarkan dari desidua
— Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan
— Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan
e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
— Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensesefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus (linggin 1973)
— Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan,hasilnya kehamilan kelinci berlangsung lebih lama
— Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan
— Dari percobaan tersebut diatas ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan
f. Teori iritasi mekanik
Adanya tekanan dan pergeseran pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser yang terletak dibelakang servik oleh bagian terbawah janin, sehingga dapat memicu persalinan
g. Induksi partus (induction of labour) partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan:
— Ganggang laminaria: beberapa laminaria dimasukan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser
— Amniotomi: pemecahan ketuban
— Oksitosin drip: pemberian oksitosin menurut tetesan infus

TUJUAN ASUHAN PERSALINAN
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
C. Tujuan asuhan persalinan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memberikan aspek sayang ibu dan bayi.
Kebijakan pelayanan asuhan persalinan :
a. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih
b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal harus tersedia 24 jam
c. Obat-obatan essensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih
Rekomendasi kebijakan tehnik asuhan persalinan dan kelahiran:
• Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus memasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberikan dukunga hanya
• Partograf harus digunaka untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan / rekam medik untuk persalinan
• Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar. Prosedur ini bukan dibutuhkan jika ada infeksi / penyulit
• Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidak-tidaknya
• Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini. Memberikan suntikan oksitosingin IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dan segera melakukan massage fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal
• Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Masage fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uteris tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan
• Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus serng diperiksa dan dimassage sampai tonus baik. Ibu / anggota keluarga dapat diajarkan melakukan hal ini
• Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepada bayi harus segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi
• Obat-obat essensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga

TAHAPAN PERSALINAN
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.
Persalinan dibagi 4 Kala
Kala I Persalinan
Kala satu persalinan dimulainya sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.











Persalinan kala satu dibagi menjadi dua fase, yaitu :
a. Fase Laten Persalinan
• Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
• Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
• Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam

b. Fase Aktif Persalinan
• Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
• Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm)
• Terjadi penurunan bagian terbawah janin
• Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
 Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
 Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
 Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit membuka, ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjada pada saat yang sama.

Pemantauan
Frekuensi Minimal Penilaian dan intervensi Dalam Persalinan Normal
Prasemester Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif
Tekanan darah
Suhu badan
Nadi
Denyut jantung
Kontraksi
Pembukaan serviks
Penurunan Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Setip 30-60 menit
Setiap 1 jam
Setiap 1 jam
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Setiap 2 jam
Setip 30-60 menit
Setiap 30 menit
Setiap 30 menit
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala 1 pada persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah,Gambarkan temuan-tamuan yang ada pada partogram
• Pada setiap pemeriksaan dalam,catatlah hal-hal sebagai berikut
 Warna cairan amnion
 Dilatasi serviks
• Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis in belum dapat di tegakkan
 Jika terdapat kontraksi yang menetap, pemeriksaan wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan in partu, jika tidak terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan palsu

Penanganan
1. Beri dukungan, informasi proses persalinan dan dengarkan keluhan ibu
2. Jika ibu tampak kesakitan :
- Lakukan perubahan posisi
- Posisi sesuai dengan keinginan ibu, jika ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri
- Sarankan untuk berjalan
- Ajaklah keluarga untuk menemaninya serta memijat atau menggosok punggung ibu
- Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya
- Ajarkan kepadanya tehnik bernafas : ibu diminta untuk menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi
3. Penolong tetap menjaga hak privasi dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu
4. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
5. Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya serta BAB dan BAK
6. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara:
- Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
- Menggunakan kipas biasa
- Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
7. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehoderasi, berikan cukup minum
8. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

1. Tahapan Persalinan Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga dikenal sebagai kala pengeluaran.

Tanda dan Gejala Kala Dua Persalinan:
- Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina
- Perineum terlihat menonjol
- Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka
- Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit, dan multigravida 30 menit.
Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan
- Pemeriksaan serviks telah lengkap, atau
- Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina

2. Tahapan Persalinan Kala III
Kala III persalinan adalah dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Lamanya kala III pada primigravida 10 menit, multigravida 10 menit.
Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta yaitu :
- Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh (diskoid) dan tinggi fundus biasanya turun hingga di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada diatas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
- Tali Pusat Memanjang. Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda Ahfeld)
- Semburan darah. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul di antara tempat melekatnya plasenta dan permukaan maternal , keluar melalui tepi plasenta yang terlepas.

Penatalaksanaan Kala Tiga :
Manajemen Aktif Kala Tiga (MAK III)
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah:
1. Pemberian Oksitosin
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
3. Rangsangan Taktil (pemijatan) fundus uteri (massase)

Tujuan : Untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala tiga persalinan dan mengurangi kehilangan darah.

Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga:
1. Kala tiga persalinan yang lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta

3. Tahapan Persalinan Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum.
Lamanya kala IV pada primigravida 2 jam, multigravida 2 jam.

Asuhan dan pemantauan pada kala empat
Setelah lahirnya plasenta:
1. Lakukan rangsangan taktil (pemijatan) uterus, utuk merangsang uterus berkontraksi
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang antara pusat dan fundus uteri.
3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4. Periksa perineum dari perdarahan aktif (laserasi,episiotomi)
5. Evaluasi kondisi ibu secara umm
6. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala empat persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

Tanda dan Gejala Persalinan
Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan
1. Lightening (2 minggu sebelum persalinan)
2. Perbahan serviks menghasilkan “kesiapan”
3. Persalinan palsu ( berlangsung berhari-hari atau berminggu-minggu)
4. Ketuban pecah dini (80% wanita memulai persalinan spontan dalam 24 jam)
5. Bercak darah (persalinan biasanya terjadi dalam 24 sampai 48 jam)
6. Semburan energi (menjelang 24 sampai 48 jam sebelum awitan persalinan)
7. Gangguan gastrointestinal tanpa penyebab yang jelas mengindikasikan tanda menjelang persalinan

Tanda-tanda dan gejala datangnya persalinan
Ada sejumlah tanda-tanda dan gejala premonitor yang dapat memberitahukan anda terhadap wanita yang mendekati persalinan. Seorang wanita dapat menunjukkan beberapa,semua atau tidak sama sekali dari gejala-gejala tersebut, tetapi hal ini sangat berguna untuk diketahui ketika menemui wanita pada akhir kehamilan sehinga anda dapat memberikan petunjuk dan konseling antisipasi yang tepat. Tanda-tanda dan gejala-gejala datangnya persalinan: lightening, perubahan servikal,persalinan palsu, pemecahan membran prematur, bloody show, energy sport, dan gastrointestinal upsets.

Lightening
Lightening,yang terjadi sekitar 2 minggu setelah persalinan, merupakan menurunnya bagian presenting dari bayi ke pelvis. Wanita biasanya merujuk lightening sebagai “bayi telah turun” Ia akan merasakan penurunan ketidaknyamanan dari nafas pendek yang di rasakannya selama trimester ketiga karena lightening akan memberikan ruang yang lebih pada abdomen atas untuk ekspansi paru-paru. Walaupun demikian, lightening akan memberikan ketidaknyamanan karena tekanan oleh bagian presenting pada struktur di daerah pelvis. secara spesifik,dia akan mengalami berkut ini:
1. Frekuensi urinasi,karena kantung kemih tertekan dan sedikit ruang untuk ekspansi
2. Perasaan tidak nyaman karena tekanan pada pelvis,dimana akan terasa aneh dan terjadi sensasi konstan dimana sesuatu akan keluar atau pergerakan bowel diperlukan.
3. Kram kaki,yang disebabkan karena tekanan oleh bagian presentig ada syaraf yang melewati voramen obturator yang menuju kaki.
4. Meningkatkan stacis vena, menghasilkan edema karena tekanan bagian presenting menghambat darah yang kembali dari bagian bawah tubuh.
Lightening menurunkan ketinggian fundus ke posisi yang sama pada kehamilan bulan ke-8 dan anda tidak lagi mampu melakukan ballot terhadap kepala bayi yang sebelumnya dapat berpindah di atas simpisis pubis selama palpasi abdominal. Jari-jari anda akan menutup selama langkah keempat manuver Loopold.
Karena lightening biasa tidak terjadi sebelum persalinan kecuali pada primigravida, yang kemungkinan di sebabkan peningkatan intensitas kontraksi Braxton-Hicks yang di kombinasikan dengan tonus otot abdominal yang baik lebih umum daripada primigravida.
Mengetahui bahwa lightening telah terjadi maka sangat berharga untuk meyakinkan wanita tersebut terhadap normalitas perubahan tubuh yang di alami dan menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi. Lightening juga memberikan kesempatan yang baik untuk mengkaji rencana persalinan dengan wanita tersebut. Lebih jauh lagi hal ini juga memberikan indikasi cukupnya pelvis inlet, karena durasi waktu antara lightening dengan persalinan bervariasi pada tiap individu, maka kecil manfaatnya untuk memprediksikan onset persalinan kecuali dalam rentang yang besar beberapa hari sampai beberapa minggu. Meskipun begitu lightening cendrung memberi semangat kepada wanita bahwa kehamilan akan segera berakhir.

Perubahan Servikal
Dengan mendekatnya persalinan,serviks menjadi”matang”. Berlawanan dengan keadaannya selama kehamilan yang tertutup, panjang dan lembut,serviks menjadi lebih lembut dengan konsistensi sepeti pudding serta terjadi obliterasi serviks dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evalusi terhadap kematangan relatif per individu wanita-sebagai contoh serviks multipara yang besar secara normal berdilatasi 2 cm berlawanan dengan primigravida yang serviksnya tertutup.
Beban servikal terjadi karena peningkatan intensitas kontraksi Braxton Hicks Serviks matang dalam jangka waktu yang bervariasi sebelum persalinan. Kematangan mengindikasikan kesiapan serviks untuk persalinan. Penentuan kematangan membuat seseorang bidan dapat meyakinkan pasien bahwa dia akan menuju persalinan dengan adanya kontraksi persalinan dan waktu persalinan sudah dekat dan untuk menilai kemungkinan suksesnya induksi persalinan yang diindikasikan.

Persalinan Palsu
Persalinan palsu merupakan nyeri ketika kontraksi uterin yang tidak mempunyai efek progresif pada serviks dan sebenarnya merupakan kontraksi Braxton Hiks yang tidak nyeri tetapi sibesar-besarkan, dan telah terjadi 6 minggu kehamikan.
Persalinan palsu terjadi selama berhari-hari atau secara terpisah bahkan 3 atau 4 minggu sebelum onset persalinan sebenarnya. Persalinan palsu sangat menyakitkan, seseorang wanita dapat tidak tidur 4 hari dan kehilangan energi untuk menahannya. Wanita tersebut tidak mengetahui dengan pasti apakah dia sudah mengalami persalinan karena hal ini hanya bisa di tentukan melalui pemeriksaan vagina. Terjadinya intermiten persalinan palsu dan bolak-balik ke tempat praktek anda atau rumah sakit sangat melelahkan dan membuat frustasi wanita tersebut beserta keluarganya situasi ini memerlukan perhatian, kesabaran dukungan yang besar dan banyak penjelasan tentang hal ini kepada semua orang yang mengantarkan wanita tersebut ketempat praktek anda atau rumah sakit. Walaupun demikian persalinan palsu mengindikasikan datangnya persalinan.

Pemecahan Membran Prematur
Pemecahan membran yang normal terjadi pada akhir tahap pertama persalinan. Pemecahan sebelum onset persalinan disebut pemecahan membran prmatur dan terjadi pada sekitar 12% wanita. Kira-kira 80% dari wanita dengan pemecahan membran prematur melalui persalinan secara spontan dalam 24 jam

Bloody Show
Sumbatan mucus, yang di buat oleh sekresi servikal dan proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan,berperan sebagai bariier protektif dan menutup kenal servikal selama kehamilan. Bloody show adalah pengeluaran dari mucus plug ini.
Bloody show sering dilihat sebagai pecahnya mucus cicin darah yang alot yang harus di beda-bedakan dengan hati-hati dari pendarahan yang sebenarnya. Wanita sering kali menunjuk pemecahan ini sebagai melihat “tanda”. Sering kali seluruh mucus plug keluar bersamaan;j ika mucus plug keluar selama persalinan dan dapat di lihat mendesak vagina wanita, personel obstertik yang tidak berpengalaman dapat berpikir bahwa umbilical cordata telah prolapse
Bloody show merupakan tanda dari persalinan yang udah dekat, yang biasanya terjadi dalam jangka waktu 24 - 48 jam terakhir, karena pemecahan mucus darah selama waktu tersebut mungkin hanya efek trauma minor atau pecahnya mucus plak selama pemeriksaan.

Energy Spurt
Banyak wanita mengalami energy spurt kira-kira 24 - 48 jam sebelum onset persalinan. Setelah berhari-hari atau berminggu-minggu merasakan kelelahan fisik dan kelelahan karena hamil, mereka bangun suatu hari dan merasakan diri mereka penuh dengan energi dan tenaga.
Wanita ini merasakan energetic selama jangka waktu beberapa jam, dan selama ini mereka melakukan hal-hal seperti: membersihkan rumah, mencuci,menyetrika gorden, menyikat lantai, mamasak makanan dan melakukan tugas-tugas rumah tangga lainnya yang sebelumnya mereka tidak mempunyai energi untuk melakukannya atau sekarang merasakan perlunya untuk dilakukan sebelum bayi lahir. Konsekuensinya,mereka memasuki persalinan kelelahan dan sering kali persalinannya lama dan sulit.
Tidak ada penjelasan terjadinya energi apurt selain cara alamiah dalam memberikan energi yang di perlukan wanita tersebut untuk persalinan. Wanta hamil harus di informasikan tentang kemungkinan terjadi energi spurt ini dan di beri nasehat agar tidak dengan sengaja membuang energi tetapi di simpan untuk di gunakan selama persalinan.

GI Upsets
Ketidakadaan Faktor-faktor kausatif yang memicu terjadinya diare,indigesti, mual dan muntah, maka kemungkinan hal tersebut merupakan indikasi datangnya perslinan meskipun tidak ada penjalasan yang diketahui . Beberapa wanita mengalami satu atau lebih tanda-tanda tersubut.

Rencana Asuhan

Rencana Manajemen Persalinan Normal Tahap Pertama

Menajemen persalinan normal tahap pertama mencakup diagnosis persalinan, menajemen persalinan palsu, manajemen persalinan dini,dan evaluasi awal terhadap ibu dan janin. Kemudian manajemen perawatan kebidanan selama persalinan tahap pertama mencakup tanggung jawab beberapa hal berikut. Yang semuanya dapat berlangsung secara bersamaan:
1. Evaluasi berlanjut tentang kesejahteraan maternal
2. Evaluasi berlanjut tentang kesejahteraan janin
3. Evaluasi berlanjut tentang perkembangan persalinan
4. Perawatan tubuh ibu
5. Perawatan pendukung bagi ibu dan keluarga terdekatnya
6. Skrining berlanjut bagi komplikasi pada ibu atau janin
7. Sebelas (11) keputusan dasar manajemen

Sebelas keputusan manajemen merupakan keputusan yang secara rutin dibuat tentang semua wanita selama persalinan atau secara individu tentang wanita itu sendiri. Beberapa keputusan ini relevan bagi lingkungan rumah sakit dan tidak tepat bagi wanita yang melahirkan di rumah atau rumah peristirahatan diluar-pusat-kebidanan rumah sakit.
1. Apakah wanita harus mendapatkan cairan intravena
2. Apakah wanita memiliki batas posisi atau ambulasi
3. Apakah wanita dapat makan dan minum melalui mulut
4. Apakah wanita harus mendapatkan obat-obatan
5. Frekuensi pengukuran tanda-tanda vital wanita (tekanan darah,nadi,dan suhu)
6. Dengan apa denyut jantung janin harus diperiksa ,Frekuensinya dan bagaimana melakukannya
7. Frekuensi pemeriksaan vagina yang harus dilakukan
8. Identifikasi orang terdekat dan peran mereka
9. Apakah ketuban telah dapat di pecahkan,jika ya,kapan waktunya
10. penentuan kapan dipelukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
11. Kapan persiapan kelahiran dilakukan

Rencana Manajeman Tahap Kedua
1. Evaluasi berlanjut kesejahteraan meternal
2. Evaluasi berlanjut kesejahteraan lain
3. Evaluasi berlanjut kesejahteraan persalinan
4. Perawatan tubuh ibu
5. Perawatan pendukung bagi ibu dan keluarga terdekat
6. Skrining berlanjut tanda dan gejala terjadinya komplikasi pada maternal dan janin

Selain itu,manajemen persalinan tahap kedua mencakup tanggung jawab yang berkut:
1. Persiapan kelahiran
2. Manajemen kelahiran

Keputusan manajemen persalinan tahap ke-dua mencakup yang berikut:
1. Frekuensi pengukuran tanda-tanda vital wanita (tekanan darah,nadi dan suhu)
2. Frekuensi pemeriksaan denyut jantung dan janin
3. Kapan menganjurkan wanita untuk mengejan
4. Lokasi kelahiran
5. Kapan persiapan kelahiran di lakukan
6. Posisi wanita untuk persalinan
7. Kapan harus melakukan kateterisasi pada wanita segera sebelum kelahiran
8. Apakah prenium dapat di sangka, jika ya,bagai mana caranya
9. Apakah harus di lakukan episiotomi
10. Jika di putuskan membuat episiotomi,episiotomi jenis apa
11. Jenis analgesia/anestesia
12. Apakah kelahiran kepala bayi dengan atau diantara wantu kontraksi
13. Apakah harus dilakukan manuver Ritgen
14. Metode pengisapan/resusitasi bayi
15. Kapan tali pusat harus diklim dan dipotong
16. Apakah konsultasi dan kolaborasi dengan dokter di perlukan


Eveluasi Tahap Kedua Kesejahteraan Maternal
Evaluasi berlanjut dari kesejahteraan maternal selama persalinan terhadap kedua mencakup pokok-pokok yang di gunakan untuk mengevaluasi persalinan tahap pertama.
1. Tanda-tanda vital:tekanan darah,suhu,nadi,dan pernapasan
2. Kandung kemih
3. Urine: protein dan keton
4. Hidrasi: cairan,mual atau muntah, dan perspirasi
5. Kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik,tingkah laku dan respon terhadap persalinan, serta nyeri dan koping
6. Usaha mengejan maternal
7. Kebutuhan akan analgesia dan anestesia
8. Integritas perineum

Manajemen Kelahiran
Manajemen kelahiran mencakup pemakaian manuver tangan yang tepat untuk membantu kelahiran bayi dan memberikan perawatan segera pada bayi baru lahir. Dalam menangani kelahiran, bidan harus mengambil keputusa sebagai berikut:
1. Apakah kepala bayi di lahirkan sewaktu kantraksi atau diantara waktu kantrksi
2. Apakah manuver Ritgen akan di gunakan
3. Metode pengisapan/resusitasi bayi
4. Kapan harus dilakukan klem dan pemotongan tali pusat

Indikasi Infus Intravena
1. Gravida 5 atau lebih
2. Overdistensi uterus karena berbagai penyebab, mencakup gestasi multipel, polihidramnion, dan ukuran bayi yang sangat besar (diperkirakan 4,5 kg atau lebih)
3. Induksi dan augmentasi dengan pisiton
4. Riwayat perdarahan pascapartum terdahulu
5. Riwayat atau adanya berbagai kondisi lain yang memicu perdarahan pascapartal segera pada wanita
6. Dehidrasi maternal atau keletihan
7. Pemakaian anestesi regional
8. berbagai kondisi medis atau obstetrik yang mengancap kehidupan,sepeti obrupsio plasent,plasenta previa, ruptur utarus,preeklamsi, atau eklamsi

Tindakan Pendukung dan Penenang Selama Persalinan
Perawatan pendukung selama persalinan adalah penting dalam kebidanan. Perawatan pendukung dapat secara ajaib mengubah seluruh skensrio persalinan. Tindakan ini mempunyai efek positif baik secara emosional maupun fosiologis terhadap ibu dan janin memerlukan sedikit medikasi dan intervensi bahkan persalinan dapat berlangsung dengan singkat.
Lama Kebutuhan wanita Bersalin (Lesser & Keane)
• Perawatan tubuh dan fisik
• Pengakuan keberadaanya sebagai manusia
• Pengurangan rasa nyeri
• Penerimaan terhadap perilaku dan tingkah lakunya
• Imformasi dan jaminan hasil yang aman

Pedoman tentang Bagaimana Memberi Dukungan
• Setiap waita berespon secara berbeda-beda dan mempunyai kebutuhan yng berbeda pula-tanyakan padanya apabila ada tindakan yang dapat membantu atau di harapkan
• Tentukan tujuan anda, apa yang anda coba untuk selesaikan dengan tindakan pendukung dan penenang
• Bicara pada wanita bersalin dengan nada dan cara yang dapat didengar dan dimengerti olehnya selama persalinan yang penuh stres
• Terlibat dan/atau fasilitas keterlibatan anggota keluarga yang lai-kehadiran yang tepat penting utuk member dukungan yang nyata
• Realastis dalam pengharapan dari apa yang dapat di selesaikan dengan tindakan pendukung dan penenang yang anda berikan;setiap wanita beralin datang sengan harapan,ketakutan,ambang nyeri,persiapan,kepribadian,dan prilaku masing-masing

Tindakan Pendukung dan Penenang
posisi
• Gunakan bantal,selimut gulung,atau handuk untuk memaksimalkan relaksasi
• Kurangi tekanan pada tempat-tempat tertentu
Latihan relaksasi
• Relaksasi progresif
• Relaksasi terkontrol
• Napas dalam dan buang napas

Latihan Bernapas
• Idealnya di mulai sebelum persalinan dimulai, tetapi dengan pola yang sederhana dapat juga diajarkan selama persalinan
• Dukungan dan fasilitas metode apapun yang dipelajari, dipraktekan,atau diyakini
• Wanita mungkin memerlukan dorongan semangat dan klarifikasi tindakan
• Bidan perlu untuk mengajarkan hal ini secara terus menerus pada wanita yang bersalin

Pencegahan Keletihan dan Pemberian Istirahat
• Gunakan teknik bernapas yang sesuai uuntuk setiap tahap persalinan
• Atur prosedur yang di perluan sehingga gangguan terhadap wanita sedikit
• Kontrol liingkungan untuk meningkatkan istirahat,mis,cahaya musik,suara ekternal,suhu,dan orang-orang yang di dalam ruang
• Kontrol orang-orang dalam ruang;pertimbangkan akibat dari pembicaraan,percakapan disekitar klien,akibat yang di timbulkan keluarga,dan staf di rumah sakit
• Tindakan harus di utamakan untuk wania dan segala upaya untuk memfasilitaskan koping dan peran dalam persalinan

Jaminan privasi dan pencegahan pejanan
• Terutama di rumah sakit
• Terutama kepribadian terhadap staf dan siswa
• Hargai kebutuhan wanita atau minimnya kebutuhan akan pakaian dan tirai selama persalinan dan keluar

Penjelasan Tentang Proses dan Perkembangan Persalinan
• Penjelasan yang mengirangi ketakutan akibat ketidak tahuan
• Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat ketegangan dari rasa takut tersebut

Penjelasan Tentang Prosedur dan Adanya Pembatasan
• Memungkinkan wanita merasaaman dan dapat mengatasinya secara efektif

Menjaga Agar Tetap Bersih dan Kering
• Memberikan rasa nyaman dan relaksasi
• Menurunkan resiko infeksi
• Mandi di bak atau pancuran dapat menjadi sangat menyegarkan dan santai

Mandi di Bak/Jacuzzi
• Diperlukan agar cukup untuk merendam abdomen
• Merupakan tindakan yang paling nyaman dan rileks untuk persalinan

Perawatan Mulut
• Pastikan wanita untuk menggosok gigi
• Berkumur
• Apusan Glisering
• Pelembab bibir
• Cairan oral

Manfaat Lap Badan
• Membersihkan
• Kompres dingin untuk wajah dan bagian tubuh yang lain
• Kompres hangat untuk punggung
• Pelembab bibir atau mulut
• Mengeringkan

Pengeringan
• Keringkan dengan kain lab badan
• Keringkan dengan paket sarung tangan
• Keringkan dengan baju klien

Back Rub
• Tindakan masase yang umum pada punggumg
• Back rub OB-tekanan kuat pada punggung bawah untuk mengurangi nyeri berhubungan dengan presentasi posterior

Kompres Panas Atau Dingin pada Pungung Bawah
• Memberikan relaksasi dan mengurangi nyeri

Rub Obdominal
• Biasanya dilakukan oleh asisten persalinan
• Tekanan ringan pada abdomen
• Tindakan yang menimbulkan rasa nyaman

Effleurage (“sentuhan kulit”)
• Dilakukan oleh wania yang bersalin
• Pengaruh pisikologi-distraksi perhatian
• Pengaru pisikologis-mendorong relaksasi, meningkatkan sirkulasi

Pemanasan Hingga Abdomen Bawah
• Menurunkan nyeri
• Meningkatkan sirkulasi

Pengosongan Kandung Kemih
• Menurunkan nyeri abdomen
• Kandung kemih penuh memperlambat persalinan, meningkatkan statis urein,meningkatkan resiko infeksi kandung kemih,menyebabkan nyeri

Pengobatan
• Pengobatan yang tepat merupakan tindakan pendukung dan pemberi rasa nyaman

Kompres dingin
• Kompres dingin pada daaerah aksila dan pangkal paha mengurangi rasa nyeri dan meberikan ketenangan

Tindakan yang Mendukung Selama Pemeriksaan Vagina
• Pengosongan kandung kemih
• Penjelasan mengenai alasan di lakukannya pemeriksaan
• Meletakan wanita pada posisi yang nyaman
• Membantu rileksasi dan teknik bernapas selama pemeriksaan
• Melakukan pendekatan fisik dan verbal secara perlahan
• Segera beritahukan apabila tindakan akan menimbulkan rasa sakit
• Menjelaskan temuan-temuan pemeriksaan

Mengurangi kram kaki
• Luruskan kaki dan letakan tungkai pada posisi dorsifleksi
• Kombinasikan posisi dorsifleksi dengan relaksasi (jangan menempatkan ibu jari pada tumpuan)
• Jangan memijak kaki yang kram (untuk menghindari kemungkinan terprangka[nya trombus)

Penggunaan Sentuhan Fisik
• Ditangani secara berbeda oleh masing-masing wanita observasi reaksi dan respons
• Dapat menjadi suatu alat komunikasi atas perawatan dan perhatian
• Suatu alat yang baik bersifat sebagai penenang, penyejuk,sarana untuk menghilangkan kesepian

Orang Tedekat
• Kemungkinan mencakup rekan kerja,pasangan orang tua,anak-anak,keluarga terdekat atau teman
• Dapat sebagai tindakan terapeutikterbaik bagi banyak wanita
• Asuhan harue di lakukan untuk membantu wanita memilih individu yang secara nyata akan dapat menolongnya
• Hindari keluarga atau teman yang kehadiranya mungkin dapat menyebabkan ketegangan pada wanita
• Bidan harus memfasilitasi hubungan dengan individu terdekat
Walaupun proses persalinan berbeda pada setiap wanita tapi tanda-tanda dari persalinan adalah sama. Dengan mengetahui tanda-tanda persalinan anda akan mengerti kapan saat yang tepat untuk pergi kerumah sakit dan apa saja yang dapat dilakukan bila tanda-tanda persalinan ini ada pada anda.

Tanda-tandapersalinan:
Lendir Bercampur Darah
Pengeluaran lendir bercampur darah. Terjadi karena sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan karena bercampur darah.Apa yang harus dilakukan: Pengeluaran darah dan lendir dapat terjadi beberapa hari sebelum persalinan, jadi tunggulah sampai anda mendapat kontraksi yang teratur atau air ketuban pecah, sebelum anda pergi kerumah sakit.
Anda harus menghubungi dokter anda bila terjadi pendarahan hebat.

Air Ketuban Pecah
Kantung ketuban yang mengelilingi bayi pecah sehingga air ketuban keluar ( Normal air ketuban adalah cairan yang bersih, jernih dan tidak berbau). Apa yang harus dilakukan:
Hubungi dokter anda dan segera ke rumah sakit, walaupun anda belum merasakan kontraksi, karena ini menjadi resiko infeksi. Sementara diperjalanan gunakan pembalut wanita untuk dapat menyerap cairan ketuban anda.

Kontraksi Yang Teratur
Tidak seperti kontraksi Braxton hick, kontraksi timbul secara teratur, mula-mula kontraksi hanya sebentar kemudian bertambah lama dan bertambah kuat, dan kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai dari bagian atas dekat saluran telur ke seluruh rahim, dan nyeri tidak hilang/kurang dengan istirahat atau elusan. Apa yang harus dilakukan:
Ketika kontraksi nampak teratur, mulailah untuk menghitung waktunya.
Catatlah lamanya waktu antara satu kontraksi dengan kontraksi berikut, dan lamanya kontraksi berlangsung. Persalinan hanya terjadi bila kontraksi menjadi semakin dekat 40 detik antara kontraksi lainnya. Persalinan pertama kali akan berlangsung 12-14 jam sehingga lebih baik anda menunggu dirumah sambil beristirahat mengumpulkan energi untuk persalinan. Jadi jika kontraksi anda sudah setiap 5 menit sekali atau sangat sakit anda dapat pergi ke rumah sakit. Jangan lupa membawa tas yang sudah anda siapkan

Asuhan Segera Bayi Baru Lahir
1. Letakan BBL diatas perut ibu atau tempat lain yang hangat
2. Segera keringkan bayi dengan kain atau handuk bersih dan hangat
3. Selimuti bayi dengan kain atau handuk bersih dan hangat
4. Selimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering
5. Ganti handuk yang sudah basah dan selimuti kembali dengan kain
6. Jangan menimbang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
7. Jangan memandikan bayi hinggga 6 jam setelah persalinan
8. Pertahankan bayi pada lingkungan yang hangat


ASUHAN BBL

A. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut :
• Cuci tangan sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
• Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
• Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, pengisap lendir, De Lee dan benang tali pusat telah di DTT atau Steril
• Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, termometer, stetescop dan benda-benda lain yang akan bersentyhan dengan bayi juga bersih.

B. Penilaian
Segera setelah letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi pastikan bahwa area tersebut bersih dan kering.
Segera lakukan penilaian :
1. Apakah bayi menagis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
2. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas ?

Jika bayi tidak segera menangis, sulit bernafas, menagis lemah atau merintih dan anggota gerak terlihat lemas maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

C. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika segera tidak dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi, sangat berisiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan lahir rendah juga sangat rentan untuk mengalami hipotermi.

Mekanisme kehilangan panas :
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1. Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

2. Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur dan timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila diletakkan diatas benda-benda tersebut.

3. Konveksi
Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi pada saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi bila terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

4. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu yang lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)


D. Mata Rantai Kehangatan
Mata rantai kehangatan adalah serangkaian prosedur yang saling berkaitan pada saat kelahiran yang berfungsi untuk mengurangi angka kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Sepuluh langkah dalam mata rantai kehangatan meliputi :
1. Ruangan persalinan yang hangat
Persiapan tempat melahirkan serta penyediaan bahan-bahan yang diperlukan pada saat persalinan adalah ruangan yang bersih dan hangat serta bebas dari aliran udara jendela dan pintu terbuka ataupun dari kipas angin. Jika suhu ruangan masih kurang optimal maka harus sediakan sebuah alat pemanas.

2. Segera keringkan
Segera setelah lahir, bayi harus dikeringkan dengan handuk kering, termasuk kepala. Pada saat mengeringkan bayi harus diletakkan diatas permukaan yang hangat misalnya dada atau perut ibu atau diatas kain hangat dan bersih .
3. Kontak kulit ke kulit
Sentuhan antara kulit dengan kulit merupakan suatu cara efektif untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, pada ruangan dan cuaca yang dingin, metode skin to skin cukup efektif untuk mencegah hipotermi

4. Penyusuan
Penyusuan harus dimulai sesegera mugkin setelah bayi baru lahir. ASI sangat penting untuk memberikan kalori pada bayi agar dapat menghasilkan panas tubuh, kolostrum mengandung gizi antibodyyang tidak terdapat pada susu formula.

5. Pemandian dan penimbangan ditunda
Memandikan bayi segera setelah lahir dapat menurunkan suhu tubuh bayi sehingga lebih memungkinkan untuk terjadinya hipotermi.

6. Kain pembungkus atau tempat tidur yang cocok
Kain pembungkus yang hangat dan nyaman dapat menjaga suhu tubuh bayi agar tetapstabil

7. Ibu dan anak bersatu
Bonding attachment mampu menimbulkan ikatan psikologi yang kuat sejak dini, serta mampu menstabilkan suhu tubuh bayi yang sedang beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

8. Alat transport yang hangat
Ketika memindahkan bayi dari ruangan, misalnya dari ruangan bersalin menuju bangsal nifas perlu alat transport yang hangat karena untuk selalu menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat selama dalam perjalanan.

9. Bantuan pernafasan yang hangat
BBL akan mulai bernafas spontan dalam beberapa menit pertamanya dari kelahiran, tetapi ada kalanya bayi tidak segera bernafas spontan, dan harus segera diberikan bantuan pernafasan.

10. Pelatihan dan peningkatan kesadaran
Pada lembaga-lembaga kesehatan harus ada petugas yang sudah terlatih, baik dalam pemantauan kondisi bayi serta peralatan. Lembaga-lembaga kehatan dapat memastikan perlindungan termal bagi BBL dengan mengikuti kesepuluh langkah diatas.


E. Mencegah kehilangan panas
Cegah kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
1. Keringkan bayi dengan seksama
2. Selimuti bayi dengan kain bersih dan hangat
3. Selimuti bagian kepala bayi
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6. Tempatkan bayi i lingkungan yang hangat


F. Mengikat tali pusat
1. Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan ) ke dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya
2. Bilas tangan dengan air DTT
3. Keringkan tangan tersebut menggunakan handuk atau kain bersih dan kering
4. Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat DTT atau steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
5. Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang disekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian yang berlawanan
6. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5 %
7. Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering



G. Memotong tali pusat
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem ada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakkan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril. Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik


H. Pengaturan suhu tubuh dan penaganannya
pengertian
Perlindungan panas bayi baru lahir adalah serangkaian tindakan yang diambil pada saat kelahiran dan beberapa hari pertama dari masa hidup bayi untuk menjamin agar BBL tidak kedinginan atau kepanasan dan dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal 36,5-37,5°C (WHO, 1997)

Sistem Termogenik
Termogenesis berarti produksi panas (termo = panas, genesis = asal-usul). Perawatan neonatus yang efektif didasarkan pada upaya mempertahankan suhu optimum udara di ruanagan. Suhu tubuh dipertahankan supaya tetap berada pada batas normal dengan memproduksi panas sebagai respons terhadap pengeluaran panas. Hipotermia akibat pengeluaran panas secara berlebihan adalah masalah yang membahayakan hidup bayi baru lahir. Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas seringkali mendekati kapasitas orang dewasa. Akan tetapi, kecenderungan pelepasan panas yang cepat pada lingkungan yang dingin lebih besar dan sering menjadi suatu keadaan yang membahayakan bayi baru lahir.

Produksi panas
Mekanisme produksi panas dengan cara menggigil jarang terjadi pada bayi baru lahir. Termogenesis tanpa menggigil dapat dicapai, terutama akibat adanya Lemak Coklat yang unik pada pada bayi baru lahir dan kemudian dibentuk akibat peningkatan aktivitas metabolisme di otak, di jantung, dan dihati. Lemak coklat terdapat dalam cadangan permukaan, yaitu di daerah interskapula dan aksila, serta di bagianyang lebih dalam, yaitu dipintu masuk toraks, disepanjang kolumna vertebralis dan disekitar ginjal. Lemak coklat memiliki vascularisasi dan persarafan yang lebih kaya daripada lemak biasa. Panas yang dihasilkan aktivitas metabolisme lipid di dalam lemak coklat dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak coklat ini biasanya bertahan selama beberapa minggu setelah lahir dan menurun dengan cepat jika terjadi stress dingin (cold stress). Bayi yang tidak matur memiliki cadangan lemak coklat yang lebih sedikit saat lahir.

Pengaturan Suhu
Perbedaan anatomi dan fisiologi antar bayi baru lahir dan orang dewasa ialah :
1. Insulasi suhu pada bayi baru lahir kurang, jika dibandingkan insulasi pada orang dewasa. Pembuluh darah lebih dekat dengan permukaan kulit. Perubahan temperatur lingkungan akan mengubah temperatur darah, sehingga mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
2. Rasio permukaan tubuh bayi baru lahir lebih besar terhadap badan. Posisi pleksi bayi baru lahir diduga berfungsi sebagai sistem pengaman untuk mencegah pelepasan panas karena sikap ini megurangi pemajangan permukaan tubuh pada suhu lingkungan.
3. Konrol Vasomotor bayi baru lahir belum berkembang dengan baik, kemampuan untuk mengonsriksi pembuluh darah subkutan dan kulit sama baik pada bayi prematur dan pada orang dewasa.
4. Bayi baru lahir memproduksi panas terutama melalui upaya termogenesis tanpa menggigil.
5. Kelenjar keringat bayi baru lahir hampir tidak berfungsi sampai minggu keempat setelah bayi lahir.

Bayi normal mungkin mencoba untuk meningkatkan suhu tubuh dengan menagis atau meningkatkan aktivitas motorik dalam berespon terhadap ketidaknyamanan karena suhu lingkungan lebih rendah.
Menangis meningkatkan beban kerja dan penyerapan energi (kalori) mungkin berlebihan, terutama pada bayi yang mengalami gangguan.

Stress Dingin
Stress dingin (cold stress) menimbulkan masalh fisiologis dan metabolisme pada semua bayi baru lahir, tanpa memandang usia kehamilan dan kondisi lain. Kecepatan pernafasan meningkat sebagai respons terhadap kebutuhan oksigen ketika konsumsi oksigen meningkat secara bermakna pada stress dingin. Konsumsi oksigen dan energi pada bayi baru lahir yang mengalami stress dingin dialihkan dari fungsi untuk mempertahankan pertumbuhan, fungsi sel otak, dan fungsi jantung normal menjadi fungsi termogenesis agar bayi dapat tetap hidup

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM RISIKO TINGGI

A. DEFINISI
Post partum risiko:
•Perdarahan post partum
•Infeksi post partum
•Tromboembolok
•Masalah psikologis post partum
Perdarahan post partum/post partum hemorrhage (HPP) adalah kehilangan 500 ml darah pada persalinan normal (per vaginam) atau 1000 ml lebih pada persalinan SC penyebab kematian pada ibu.
Perdarahan post partum dibedakan menjadi dua:
- HPP dini/primer/awal: terjadi dalam batas waktu 24 jam.
- HPP lanjut/sekunder: terjadi lebih dari 24 jam tetapi kurang dari 6 minggu.
B. ETIOLOGI
HPP primer:
Atonia uteri (1 dari 20 persalinan), tersering
Retensi plasenta
Laserasi jalan lahir
Ruptur uteri
Gangguan pembekuan darah
HPP sekunder:
Retensi sisa plasenta
Sub involusi
Endometritis
C. FAKTOR RISIKO
Kelahiran SC
Bayi besar
Persalinan dengan tindakan forsep/VE
Riwayat HPP
Multiparitas
Manipulasi intrauterin/manual plasenta
Penggunaan MgSO4 atau oksitosin dalam persalinan
D. MANIFESTASI KLINIS
HPP Primer
Perubahan hemodinamik: hipotensi, takikardi
Oligouria (urin < 300 cc/ 24 jam) Perdarahan > 500 cc/24 jam
Distensi kandung kemih
HPP Sekunder
Perdarahan kadang banyak kadang sedikit
Perdarahan dengan bekuan sisa plasenta
Terdapat tanda subinvolusi
Lochea merah tua dan berbau jika terdapat infeksi
Kenaikan suhu badan
E. KOMPLIKASI
- Syok
- Syok dapat diatasi  anemia dan infeksi
- Sepsis
- Kegagalan fungsi ginjal
F. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Pengkajian HPP Primer
- Kaji tanda-tanda perdarahan dan syok hipovolemi: TD, nadi, suara nafas, suara jantung (murmur), warna kulit, tingkat kesadaran, kapiler refill, urin output, vena leher, membran mukosa, kecemasan disorientasi, kelelahan.
- Faktor risiko dan predisposisi
- Pengkajian fundus: kontraksi lemah, TFU
- Kaji perdarahan (warna dan jumlah)
- Kaji adanya laserasi atau hematom yang mungkin menjadi sumber perdarahan.
- Vital sign (takikardi, takipneu, hipotensi)
- Distensi blader
2. Pengkajian HPP Sekunder
HPP sekunder sering terjadi ketika klien sudah pulang, oleh karena itu, discharge planning diperlukan sebelum klien pulang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit volume cairan
Risiko infeksi
Perubahan perfusi jaringan perifer
Perubahan proses menjadi orang tua
Cemas
INTERVENSI
Manajemen dan monitor cairan
Atasi perdarahan
Kontrol infeksi
Kontrol kecemasan

Rabu, 07 April 2010

ASKEP ANAK DENGAN HIRSPRUNG

A. Pengertian

Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir  3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).

B. Etiologi

Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

C. Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.

Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).

D. Manifestasi Klinis

Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).

Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).

1. Anak – anak

a Konstipasi

b Tinja seperti pita dan berbau busuk

c Distenssi abdomen

d Adanya masa difecal dapat dipalpasi

e Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 ).

2. Komplikasi

a Obstruksi usus

b Konstipasi

c Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

d Entrokolitis

e Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :

a Daerah transisi

b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit

c Entrokolitis padasegmen yang melebar

d Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )

2. Biopsi isap

Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )

3. Biopsi otot rektum

Yaitu pengambilan lapisan otot rektum

4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )

5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus

( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )

6. Pemeriksaan colok anus

Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.

F. Penatalaksanaan

1. Medis

Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.

Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :

a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.

b Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama ( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )

Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )

2. Perawatan

Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :

a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini

b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak

c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )

Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )

Konsep Tumbuh Kembang Anak

Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3 tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 – 7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata, mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 1998: 1 ).

Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ).

1. Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler

Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman.

Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan permainan.

Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi anaknya sesering mungkin ( Yupi, S 2004).

2. Fokus Intervensi

a. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 )

Tujuan :

1. anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan

Kriteria Hasil

1. Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi

2. Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik

Intervensi :

1. Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %

2. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali

3. Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah

4. Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses

5. Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan

b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah

Tujuan :

1. Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan

Kriteria Hasil

1. Berat badan pasien sesuai dengan umurnya

2. Turgor kulit pasien lembab

3. Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan

Intervensi

1. Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan

2. Ukur berat badan anak tiap hari

3. Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah

c. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197)

Tujuan :

1. Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh

Kriteria Hasil

1. Turgor kulit lembab.

2. Keseimbangan cairan.

Intervensi

1. Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien

2. Pantau tanda – tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake – output

3. Observasi adanay peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera

d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong, 2004 ).

Tujuan : pengetahuan pasien tentang penyakitnyaa menjadi lebih adekuat

Kriteria hasil :

1. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnyaa, perawatan dan obat – obatan. Bagi penderita Mega Colon meningkat daan pasien atau keluarga mampu menceritakanya kembali

Intervensi

1. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingn diketahui sehubunagndengan penyaakit yang dialami pasien

2. Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon

3. Kaji latar belakang keluarga

4. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat – obatan pada keluarga pasien

5. Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien.

ASKEP HIPERBILIRUBIN

I. PENDAHULUAN
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.

II. KONSEP DASAR

A. Pengertian
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
Ikterus patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubin.

B. Metabolisme Bilirubin
Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus, perlu diketahui sedikit tentang metabolisme bilirubin pada neonatus.
Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degredasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Di dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati. Segera setelah ada dalam sel hati, terjadi persnyawaan dengan ligandin (protein-Y) protein Z dan glutation hati lain yang membawanya ke retikulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi.
Prosedur ini timbul berkat adanya enzim glukotonil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin indirek. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini dikeskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorbsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorbsi enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin indirek pada hari-hari pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada neonatus. Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan belum matangnya fungsi hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2-3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5-7, kemudian akan menurun kembali pada hari ke 10-14 kadar bilirubin pun biasanya tidak melebihi 10 mg/dl pada bayi cukup bulan dan kurang dari 12 mg/dl pada bayi kurang bulan. Pada keadaan ini peninggian bilirubin masih dianggap normal dan karenanya disebut ikterus fisiologik.
Masalah akan timbul apabila produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau konjugasi hati menurun sehingga kumulasi di dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh t3, misal kerusakan sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dihari kemudian.

C. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk mengeluarkannya, misal pada hemolisis yang meningkat pada inkompabilitas darah Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PADA, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

2. Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh immturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom Criggler-Najjar) penyebab lain atau defisiensi protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.

3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, dan sulfaforazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapat bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.

4. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi/kerusakan hepar oleh penyebab lain.

D. Patofisiologi
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebab bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau infeksi.

E. Tanda dan Gejala
♦ Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan bilirubin indirek).
♦ Anemia
♦ Petekie
♦ Perbesaran lien dan hepar
♦ Perdarahan tertutup
♦ Gangguan nafas
♦ Gangguan sirkulasi
♦ Gangguan saraf

F. Penatalaksanaan
Tujuan utama adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kernikterus/ensefalopati biliaris, serta mengobati penyebab langsung ikterus. Konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung ini dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukuronil transferase dengan pemberian obat seperti luminal atau agar. Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi sinar atau transfusi hikan, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin.
Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan efek samping terapi sinar, antara lain: enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit (ruam gigitan kutu), gangguan minum, letargi dan iritabilitas. Efek samping bersifat sementara dan kadang-kadang penyinaran dapat diteruskan sementara keadaan yang menyertainya diperbaiki.

G. Prognosis
Hiperbilirubin baru akan berpengaruh bentuk apabila bilirubin indirek telah melalui sawar otak, penderita mungkin menderita kernikterus atau ensefalopati biliaris, gejala ensefalopati pada neonatus mungkin sangat ringan dan hanya memperlihatkan gangguan minum, letargi dan hipotonia, selanjutnya bayi mungkin kejang, spastik dan ditemukan opistotonis. Pada stadium mungkin didapatkan adanya atitosis didan ditemukan opistotonis. Pada stadium mungkin didapatkan adanya atitosis ditai gangguan pendengaran atau retardasi mental di hari kemudian.

III. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

a. Riwayat penyakit
Kekacauan/ gangguan hemolitik (Rh atau ABO incompabilitas), policitemia, infeksi, hematom, memar, liver atau gangguan metabolik, obstruksi menetap, ibu dengan diabetes.

b. Pemeriksaan fisik
- Kuning
- Pucat
- Urine pekat
- Letargi
- Penurunan kekuatan otot (hipotonia)
- Penurunan refleks menghisap
- Gatal
- Tremor
- Convulsio (kejang perut)
- Menangis dengan nada tinggi
c. Pemeriksaan psikologis
Efek dari sakit bayi; gelisah, tidak kooperatif/ sulit kooperatif, merasa asing.
d. Pengkajian pengetahuan keluarga dan pasien

Penyebab dan perawatan, tindak lanjut pengobatan, membina kekeluargaan dengan bayi yang lain yang menderita ikterus, tingkat pendidikan, kurang membaca dan kurangnya kemauan untuk belajar.

B. Diagnosa keperawatan

1. Resiko peningkatan kadar bilirubin dalam darah berhubungan dengan kondisi fisiologis/patologis

Tujuan/Kriteria
Tidak ada peningkatan hiperbilirubinemia

Rencana Tindakan
a.Monitor tanda-tanda vital
b.Monitor bilirubin serum
c.Monitor bila ada muntah, kaku otot atau tremor
d.Kolaborasi terapi dengan tim medis
e.Berikan minum ekstra
f.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian fototerapi

2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan malas menghisap

Tujuan/Kriteria
Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Rencana Tindakan
a.Berikan minum melalui sonde(ASI yang diperah atau PASI)
b.Lakukan oral hygiene dan olesi mulut dengan kapas basah
c.Monitor intake dan output
d.Monitor berat badan tiap hari
e.Observasi turgor dan membran mukosa

3. Resiko perubahan suhu Tubuh berhubungan dengan efek samping fototerapi

Tujuan/Kriteria:
Suhu tubuh tetap normal

Rencana Tindakan:
a.Monitor tanda-tanda vital tiap 4jam
b.Perhatikan suhu lingkungan dan gunakan isolasi
c.Berikan minum tambahan

4. Resiko terjadi trauma persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan efek samping fototerapi

Tujuan/Kriteria:
Tidak terjadi gangguan pada retina pada masa perkembangan

Rencana Tindakan:
1.Kaji efek samping fototerapi
2.Letakkan bayi 45 cm dari sumber cahaya/lampu
3.Selama dilakukan fototerapi tutup mata dan genital dengan bahan yang tidak tembus cahaya
4.Monitor reflek mata dengan senter pada saat bayi diistirahatkan dan kontrol keadaan mata setiap 8 jam
5.Buka tutup mata bila diberi minum atau saat tidak dibawah sinar
6.Observasi dan catat penggunaan lampu

5. Resiko terjadi gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek samping
fototerapi

Tujuan/Kriteria:
Selama dalam perawatan kulit bayi tidak mengalami gangguan integritas kulit

Rencana Tindakan:
a.Observasi keadaan keutuhan kulit dan warnanya
b.Bersihkan segera bila bayi buang air besar atau buang air kecil
c.Gunakan lotion pada daerah bokong
d.Jaga alat tenun dalam keadaan bersih dan kering
e.Lakukan alih baring dan pemijatan

6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang tujuan, prosedur pemasangan dan efek samping fototerapi

Tujuan/Kriteria:
Orang tua mengerti tujuan tujuan, prosedur dan efek samping fototerapi

Rencana Tindakan:
1.Beri penyuluhan pada orang tua tentang tujuan, prosedur dan efek samping fototerapi
2.Berikan support mental
3.Libatkan orang tua dalam prosedur fototerapi